Sekjend Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia (IKA-PMII) Hanif Dakhiri berharap PBNU untuk mengakui
peran PMII sebagai organisasi mahasiswa yang selama ini mengawal basis
intelektual Nahdliyin di kampus-kampus.
Hal itu disampaikan Hanif menanggapi keinginan PBNU untuk menjadikan
PMII sebagai Badan Otonom (Banom) NU pasca Muktamar ke-33 NU di Jombang
pada Agustus nanti.
"PMII dan NU selama ini saling mengokohkan. PMII tak bisa dilepaskan
dari NU. Dalam posisi independen, interdependen, maupun dependen
(menjadi Banom) PMII adalah kader NU. Jadi NU harus mengakui PMII
sebagai satu-satunya organisasi yang menjaga basis di kampus," ujarnya,
Ahad (5/7/2014).Alumni PMII Salatiga yang pernah menjadi Ketua Lembaga Studi dan
Advokasi Buruh PB PMII (1997-2000) itu mengungkapkan, harapan PBNU untuk
kembali menjadikan PMII sebagai Banom NU itu perlu diapresiasi serius.
"IKA-PMII mendukung kembalinya PMII ke NU. Ini akan menegaskan
eksistensi PMII sebagai kader NU. Dengan menjadi Banom, basis PMII juga
semakin kokoh karena wajib disokong oleh para Pengurus NU di daerah,"
tandasnya.
Meski begitu, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi itu mengaku mafhum
dengan kerisauan sebagian kader PMII yang khawatir akan sempitnya ruang
gerak PMII jika menjadi Banom NU. "Tak usah takut independensi
organisasi terganggu. Toh selama ini Muslimat maupun Ansor bisa bergerak
mandiri meski menjadi Banom NU," imbuhnya.
Saat ditanya tentang posisi IKA-PMII dalam struktur NU, ketika PMII
menjadi Banom NU, Hanif mengaku belum membicarakan hal itu di internal
IKA-PMII maupun dengan para pejabat dan fungsionaris di PBNU.
"Sampai saat ini, IKA-PMII belum masuk di struktur PBNU. Tetapi secara
personal, para pengurus IKA-PMII banyak menjadi pengurus di PBNU maupun
di PW dan PCNU," tuturnya. (Malik Mughni/Mahbib)
http://www.muslimedianews.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar